Wednesday, February 18, 2009

Dancing With an Angel- Chapter 1:

ACQUAINTANCESHIP (2)
(Angel Cries All The Time)


Rosebush Residence adalah apartemen murah dengan desain bangunan yang jauh dari kata mewah. Berdiri kokoh di pinggiran Allegron Aisle setinggi 8 tingkat dan tampak paling tinggi di sepanjang Prudish Road yang juga tak pernah absen dari konflik sosial. Paling tidak, Prudish Road lebih aman di tempati dibanding pusat kota.


Cat Rosebush Residence sudah mengelupas meninggalkan warna pucat yang abstrak. Di tiap pojok tercium semilir bau pesing dan mata akan terbiasa melihat sampah menjijikkan. Para penghuni Rosebush Residence hanyalah komunitas individual anti sosial yang tidak saling mengenal satu sama lain meski hidup berdampingan. Bahkan, Lady tidak tahu siapa wanita oriental yang sering membawa keluar masuk pria berbeda yang tinggal di sebelahnya. Mereka tidak pernah bertegur sapa apalagi saling mengirim makanan. Jika berpapasan-pun seolah tidak melihat dan memalingkan muka. Adat masyarakat Allegan semakin tergeser. Mereka malah saling mencurigai, diliputi perasaan terancam jika bertemu orang lain.


Mungkin, kau bebas menyanyi lantang atau berlari dengan suara gedebuk gaduh. Tak ada yang peduli tetanggamu mati dan urus saja kehidupanmu sendiri yang sudah tumpang tindih. Ironis.


Lady sempat ingin memberi usul pada Sir Leonard untuk bersembunyi di Rosebush Residence. Ide tolol yang absurd. Untung dia tidak pernah menyampaikan sarannya itu. Jika ya, kayaknya Rosebush Residence, sekarang tinggal reruntuhan bangunan.


Lady menyukai keabnormalan sosialisasi ini, karena kondisi seperti inilah, Rosebush Residence tetap aman. Para demonstran saja lengah dan mungkin enggan menginspeksi Rosebush Residence. Karena sepertinya hanya berisi penghuni kaum miskin yang termarginalkan dan tersisih dengan minimnya nilai estetika Rosebush Residence yang sesungguhnya tidak layak ditinggali. Lady tak ambil pusing, semua sepadan dengan biaya sewa yang sangat murah, di tengah krisis moneter.


Sudah 5 tahun Lady tinggal disana. Lady tak pernah menangis kesakitan karena seseorang menusuk perut hingga ususnya terburai atau ada orang asing memporak-porandakan kamarnya. Selain, gempa yang sering muncul tiba-tiba.


Lady teringat Leon Festinger, teorinya tentang disonansi kognitif yang menjelaskan hubungan antara sikap dan perilaku penghuni Rosebush Residence yang inkonsistensi tidak menyenangkan, tiap individu mengurangi ketidaknyamanan di Rosebush Residence. Toh, saat kau masuk ke kamarmu. Itulah dimensimu. Dan, jika di balik pintu kamar adalah cover, dan kau membencinya. Maka bersenang-senanglah sesukamu di isi, ciptakan dimensi yang kau inginkan.


Peluh membasahi tubuh Lady, riasan make up-nya berantakan. Nafasnya terengah seakan tercekik lehernya . Kakinya melangkah naik menyusuri puluhan anak tangga. Di otaknya terdapat 3 jadwal: mandi, makan salad jagung favoritnya dan chatting dengan TrueBlood, membicarakan keinginannya pergi ( sebenarnya, sih, ingin pindah) ke Crystal Hollow.


Lady tersenyum janggal saat berdiri di depan pintu nomor 176. tertempel tulisan Lady’s Room. NOT LADIES ROOM. Ada police line, do not across. Sengaja dia tempel untuk menghiasi pintu putih pucat tersebut.


Lady menggesekkan kartu hologram magnetic stripe. Dia memutar kenop pintu. Aroma apel dan dinginnya AC menerpa wajahnya. Lady melenggang masuk ke dalam dunianya yang suci dan bersih dari anarki para Allegan gila di pusat kota Allegro Aisle.




Rosebush Residence, nomor 176.


Shangrilla, yang menurut sebagian orang disebut-sebut sebagai serpihan surga, bertempat di dataran tinggi Himalaya. Maka, Rosebush Residence 176, adalah serpihan Shangrilla yang Lady ciptakan berkat jerih payahnya.


Lady pandai menata ruangan menjadi begitu terkesan suci, indah, perfeksionis. Dinding kamar putih polos memberi pandangan luas dan bersih. Lady berani bertaruh, hanya kamarnya yang paling memenuhi klasifikasi hunian layak dan nyaman.


Dalam 1 ruangan dipenuhi beberapa elektronik, hiasan dan furniture cantik. Pojok kanan ruangan adalah tempat favoritnya, terdapat meja dan kursi putar dengan laptop putih di tengahnya. Dapurnya saja mengkilat. Kamar mandi sederhana lengkap dengan bathtub dan shower yang semua berwarna hijau.


Di 176, Lady lebih senang memanjakan dirinya setelah setengah gila beraktivitas selama 10 jam di pusat kota Allegro Aisle. Tak ada yang lebih membuatnya lega, selain mencium aroma apel dan membaringkan sendi tulang yang hampir patah di atas kasur air merah yang besar. Lady merasakan kepuasan dan sedikit bangga karena semua ini dibeli oleh penghasilannya sebagai manajer.


Proyeksi profesional muda yang sukses tersirat jelas di wajah Lady yang lumayan cantik. Karirnya melesat naik karena dia sangat konsisten dan mutakhir. Lady membangun karir dan keterampilannya dengan memegang tanggung jawab primer atas karirnya.


Lady membuat daftar yang sudah lama terpampang menempel di gabus tepat di depan meja pojok kanan.



INTENTIONS

  1. Kenalilah dirimu sendiri. Kekuatan dan kelemahanmu. Bakat yang kau tunjukkan ke majikan. Perencanaan karir personal di awali dengan jujur terhadap diri sendiri.
  2. Kelola reputasi. Jangan one man show dan egois. Tunjukkan prestasi.
  3. Ciptakan dan pertahankan kontak jaringan kerja. Meski mobilitas Allegro Aisle tinggi dan tidak memungkinkan untuk bergabung dalam sebuah asosiasi atau mengikuti konferensi.
  4. Up to date, mengikuti perkembangan terbaru, kembangkan skill yang sangat dibutuhkan.
  5. Jaga keseimbangan antara kompetensi spesialis dan generalis.
  6. Dokumentasikan prestasi, sebagai bukti objektif kompetensi.
  7. Buatlah pilihan anda tetap terbuka. Siapkan rencana kontinjensi untuk bersiap menghadapi yang terburuk.
  8. Konsultasi pada psikolog, apa kau gila dan berhentilah memuji sendiri, Lady!!!


Poin ke 8 memang bukan tulisan Lady. Tulisannya jelek dan garis tulisnya menunjukkan kekesalan dan dendam yang terpendam.


Yah, selain catatan itu. 176 bersih dan terjaga. Stereotipe bahwa penghuni Rosebush Residence adalah rakyat miskin jorok dengan sanitasi buruk dapat dimentahkan jika melihat 176, walau hanya sepintas.


176 ibarat oase di gurun pasir. Oksigen di tengah sesaknya kehidupan Allegro Aisle yang gersang dan penat. Namun, tetap saja tidak bisa membendung keinginan Lady untuk pindah ke Crystal Hollow yang merupakan nilai terminal yang ingin segera Lady wujudkan.


Karena, di luar 176, semua tetap neraka bagi Lady. Membuatnya jengah dan gelisah setiap detiknya.



(selanjutnya: Dancing With an Angel-Chapter 1: ACQUAINTANCESHIP (3))

6 comments:

  1. kawan.. maaf.. sebenernya novel ini cukup panjang (namanya juga novel.. hhu).. jadi untuk sebuah chapter 1 saja, terdiri dari beberapa bagian berupa pengenalan (tempat, tokoh, kondisi,etc..) sesuai title chapter: ACQUAINTANCESHIP (perkenalan).. ^^ maaf yahh...makasii...

    ReplyDelete
  2. hhm......yo weis...semangat aja yah

    lom bisa ngasih komentar soalnya lom terlihat secara utuh niat dari plot dan pengembangan karakternya...

    ada beberapa bagian yang rasanya masih kabur, tapi mungkin memang disengaja buat dijelasin nanti ya?

    sejauh ini masih menarik kok, masih memancing keiinginan untuk baca lanjutannya

    semangat trus yah....ganbatte!

    ReplyDelete
  3. ini karya u bukan?

    banyak kemajuan ya dari segi penulisan

    dari smp, u emang jago-nya bikin tulisan bermutu

    gue salut banget deh!!

    ngiri ma kemapuan u

    tulisan berkualitas

    ReplyDelete
  4. Kkaaa,, nee Tha,,

    WuiHhhh kwenddD bgD pisunD noveL'a.. aQ gaG nyan'Ka dwe :-p

    waLowpunD aQ raDa2 gaG ngELtii. hHiy

    mayBe, aQ oOnd yuaa..

    ReplyDelete
  5. kakakakakkakakkakkkakkakakakakkak
    kaaaaaaaaaakkk *plakkk*
    kak lanjutin dunksssssssssssss.....
    lanjutin juga yang yang di sd.ning tuu hahahha

    ReplyDelete
  6. @MyInspiration: heeee,, dateng2 ngikut ngakak... Lha sd.ning udah ditutup jadi "ya sudahlah"

    ReplyDelete